Senin, 28 Januari 2013

“Perkembangan Alam Pikiran Manusia''

Oleh: 

Muhammad Shidiq Nurcahyo              
  1. Rasa Ingin Tahu Manusia
     Manusia mempunyai rasa ingin tahu terhadapa rahasia alam, mencoba menjawab dengan menggunakan pengamatan dan pengalaman, tetapi sering mencoba menjawab dengan memuaskan. Pada masa kuno untuk memuaskan mereka menjawab sendiri. Misalnya, kenapa ada pelangi, dan mereka membuat jawaban, pelangi adalah seendang bidadari atau kenapa gungung meletus, jawabannya yang berkuasa marah. Dari hal ini timbulnya pengetahuan tentang bidadari dan sesuatu yang berkuasa. Pengetahuan baru itu muncul dari kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos. Cerita-cerita mitos disebut Legenda. Mitos dapat diterima karena keterbatasan penginderaan, penalaran, dan hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi. sehubungan dengan kemajuan zaman, maka
lahirlah ilmu pengetahuan dan metode ilmiah.

            Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yati kira-kira 700-600 SM. Orang Babilonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah bola dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit dan bintang-bintang sebagai atapnya. Namun yang menakjubkan mereka telah mengenal bidang ekleptika sebagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar ketempat semula, yaitu 365,25 hari. Pengetahuan dan ajaran tentang orang Babilonia setengahnya merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos pengetahuan semacam ini disebut Pseudo science (sains palsu)

            Tokoh-tokoh Yunani dan lainnya yang memberikan sumbangan perubahan pemikiran pada waktu itu adalah :
  1. Anaximander, langit yang kita lihat adalah setengah saja, langit dan isinya beredar mengelilingi bumi ia juga mengajarkan membuat jam dengan tongkat.
  2. Anaximenes, (560-520) mengatakan unsur-unsur pembentukan semua benda adalah air, seperti pendapat Thales. Air merupakan salah satu bentuk benda bila merenggang menjadi api dan bila memadat menjadi tanah. 
  3. Herakleitos, (560-470) pengkoreksi pendapat Anaximenes, justru apilah yang menyebabkan transmutasi, tanpa ada api benda-benda akan seperti apa adanya. 
  4. Pythagoras (500 SM) mengatakan unsur semua benda adalah empat : yaitu tanah, api, udara dan air. Ia juga mengungkapkan dalil Pythagoras C2 = A2 + B2, sehubungan dengan alam semesta ia mengatakan bahwa bumi adalah bulat dan seolah-olah benda lain mengitari bumi termasuk matahari. 
  5. Demokritos (460-370) bila benda dibagi terus, maka pada suatu saat akan sampai pada bagian terkecil yang disebut Atomos atau atom, istilah atom tetap dipakai sampai saat ini namun ada perubahan konsep. 
  6. Empedokles (480-430 SM) menyempurnakan pendapat Pythagoras, ia memperkenalkan tentang tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan data tolak-menolak. Kedua tenaga ini dapat mempersatukan atau memisahkan unsur-unsur. 
  7. Plato (427-345) yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan orang sebelumnya, ia mengatakan bahwa keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya hanya suatu duplikat saja dari semua yang kekal dan immatrial. Seperti serangga yang beranekaragam itu merupakan duplikat yang tidak sempurna, yang benar adalah idea serangga.
  8. Aristoteles merupakan ahli pikir, ia membuat intisari dari ajaran orang sebelumnya ia membuang ajaran yang tidak masuk akal dan memasukkan pendapatnya sendiri. Ia mengajarkan unsur dasar alam yang disebut Hule. Zat ini tergantung kondisi sehingga dapat berwujud tanah, air, udara atau api. Terjadi transmutasi disebabkan oleh kondisi, dingin, lembah, panas dan kering. Dalam kondisi lembab hule akan berwujud sebagai api, sedang dalam kondisi kering ia berwujud tanah. Ia juga mengajarkan bahwa tidak ada ruang yang hampa, jika ruang itu tidak terisi suatu benda maka ruang itu diisi oleh ether. Aristoteles juga mengajarkan tentang klasifikasi hewan yang ada dimuka bumi ini. 
  9. Ptolomeus (127-151) SM, mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya (geosentris), berbentuk bulat diam seimbang tanpa tiang penyangga. 
  10. Avicenna (ibn-Shina abad 11), merupakan ahli dibidang kedokteran, selain itu ahli lain dari dunia Islam yaitu Al-Biruni seorang ahli ilmu pengetahuan asli dan komtemporer. Pada abab 9-11 ilmu pengetahuan dan filasafat Yunani banyak yang diterjemahkan dan dikembangkan dalam bahasa Arab. Kebudayaan Arab berkembang menjadi kebudayaan Internasional.
            Periode filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas. Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi.   
            Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses ini kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani.
            Prothagoras menyatakan bahwa manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates (469-399 SM) dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide, sehingga adanya dualisme manusia yaitu dunia fisik dan dan dunia ide.Satu wilayah dari manusia adalah dunia indera, yang mengenai kita hanya dapat mempunyai pengetahuan yang tepat dan tidak tepat atau tidak sempurna dengan menggunakan lima indera. Dunia indera akan selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang diserap indera. Wilayah yang lain adalah “dunia ide” yang mengenainya kita mempunyai ilmu pengetahuan yang bersifat abadi dan kekal.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis.Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis.Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk.
Keduanya ini merupakan prinsip--prinsip metafisis, Materi adalah prinsip yaug tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme.Hippocrates (460-370 SM) adalah Bapak Ilmu Kedokteran, karena itu tidak mengherankan kalau dia membahas manusia dari titik tolak konstitusional. Terpengaruh oleh kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun dari empat unsur dasar yaitu: tanah, air, udara, dan api. Dengan sifat-sifat yang didukungnya yaitu: kering, basah, dingin, dan panas, maka Hippocrates berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang itu, yaitu sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning), sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam), sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir), sifat panas terdapat dalam sanguis (darah).Keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dalam proporsi tertentu. Apabila cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh dalam proporsi selaras (normal) orangnya normal (sehat), apabila keselarasan proporsi tersebut terganggu maka orangnya menyimpang dari keadaan normal (sakit).Galenus menyempurnakan ajaran Hipocrates tersebut, dan membeda-bedakan kepribadian manusia atas dasar keadaan proporsi campuran cairan-cairan tersebut.  
Galenus sependapat dengan Hipocrates, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan yaitu : (1) chole; (2) melanchole, (3) plegma, (4) sanguis, dan bahwa cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh manusia secara teori dalam proporsi tertentu. Kalau suatu cairan adanya dalam tubuh itu melebihi proporsi yang seharusnya (jadi dominant) maka akan mengakibatkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai akibat dari dominant-nya salah satu cairan badaniah itu oleh Gelenus disebutnya temperament. Jadi, dengan dasar fikiran yang telah dikemukakan itu sampailah Galenus kepada penggolongan manusia menjadi empat tipe temperament, beralas pada dominasi salah satu cairan badaniahnya.Pengaruh ajaran Hipocrates yang kemudian di sempurnakan oleh Galenus, itu tahan uji sampai berapa abad, pendapatnya lama sekali diikuti oleh para ahli, hanya dengan variasi yang berbeda-beda. Bahkan sampai dewasa ini pun pengaruh itu masih sangat terasa. Lama-kelamaan latar belakang kefilsafatannya, yaitu adanya kesatuan dalam seluruh kosmos, ditinggalkan, dan sebagai akibatnya terdapat adanya dua garis perkembangan, yaitu: (a) yang menekankan pentingnya kejasmanian, yaitu teori-teori konstitusional, dan (b) yang menekankan pentingnya segi kejiwaan, yaitu teori-teori temperament.Pada zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari Macedonia bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran:Sinisme, Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme merupakan pengembangan dari aliran Stoik. Stoik menyatakan penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi” aliran ini disebut juga dengan Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles dengan Dualismenya. Epikurime, segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan harus dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini merupakan pengembangan dari teori atom Democritus sebagai obat mujarab untuk menghilangkan rasa takut pada takhayul. Neo Platonisme, paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan ingin kembali kepadanya.
Tuhan menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis (benda mati) dan yang lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis) dan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis), tetapi yang jelas ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan. Dari sekian banyak ciri-ciri manusia sebagai makhluk hidup, akal budi dan kemauan keras itulah yang merupakan sifat unik manusia.
Rasa ingin tahu, juga merupakan salah satu ciri khas manusia. Ia mempunyai kemampuan untuk berpikir sehingga rasa keingintahuannya tidak tetap sepanjang zaman. Karena apa? Karena manusia akan selalu bertanya apa, bagaimana dan mengapa begitu. Manusia juga mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru sehingga menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan alam pikiran manusia, sejak zaman purba hingga dewasa ini. Sejarah Pengetahuan yang diperoleh Manusia
Manusia selalu merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum terjawab dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui atau wallahualam bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya, untuk itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya.
A. Comte menyatakan bahwa ada tiga tahap sejarah perkembangan manusia, yaitu tahap teologi (tahap metafisika), tahap filsafat dan tahap positif (tahap ilmu). Mitos termasuk tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi ialah pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat dan legenda. Mitos timbul akibat keterbatasan pengetahuan, penalaran dan panca indera manusia serta keingintahuan manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara.
Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM) yaitu horoskop (ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari) dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan atap.
Tonggak sejarah pengamatan, pengalaman dan akal sehat manusia ialah Thales (624-546) seorang astronom, pakar di bidang matematika dan teknik. Ia berpendapat bahwa bintang mengeluarkan cahaya, bulan hanya memantulkan sinar matahari, dan lain-lain. Setelah itu muncul tokoh-tokoh perubahan lainnya seperti Anaximander, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan sebagainya.

2.      PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA 
Manusia memiliki rasa ingin tahu terhadap rahasia alam dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering tidak dapat menjawab masalah dan tidak memuaskan. Pada manusia kuno, untuk memuaskan diri, mereka mencoba untuk membuat jawaban sendiri. Misalnya, apakah pelangi itu ? mereka tidak menjawabnya. Maka, mereka mencoba menjawab dengan mengatakan bahwa selendang bidadari. Selanjutnya, tentang mengapa gunung meletus ? mereka juga menjawab dengan mengatakan sang kuasa sedang marah. Dari jawaban itu, muncul – muncul pengetahuan yang disebut Yang Berkuasa. Dengan menngunakan logika, munculah pengetahuan yang berkuasa kepada lautan, hutann dan seterusnya. Pengetahuan yang merupakan kombinasi antara pengalaman – pengalaman dan kepercayaan disebut mitos.
Manusia sebagai makhluk mempunyai ciri-ciri :
1.      Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
2.      Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
3.      Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar.
4.      Memiliki potensi berkembang baik.
5.      Berinteraksi dengan lingkungannya.
6.      Meninggal / mati.
Manusia sebagai makhluk berfikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi disekitarnya, termasuk juga rasa ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan ini menyebabkan manusia dapat mengumpulkan berbagai pengetahuan.
            Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah dengan adanya kemampuan ini, maka dapat dilakukan tukar menukar informasi mengenai pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki masing-masing. Perkembangan pengetahuan pada manusia juga didukung oleh adanya sifat manusia yang ingin maju. Sifat manusia yang selalu tidak puas dan sifat yang lebih baik. Mereka selalu berusaha mengerti atau memperoleh pengetahuan yang lebih banyak, dengan demikian, akumulasi pengetahuan akan berlangsung lebih cepat.
Berfikir adalah suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Proses berfikir dalam menarik kesimpulan berupa pengetahuan yang benar disebut penaalaran. Pengetahuan yang dihasilkan penalaran ini merupakan hasil kegiatan berfikir, bukan hasil perasaan. Tidak semua kegiatan berfikir merupakan penalaran. Penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai ciri-ciri tertentu yakni logis dan analistis.
Berdasarkan kriteria ini, maka tidak semua kegiatan berfikir merupakan berfikir logisa dan analistis. Cara berfikir itu bukan merupakan penalaran. Terdapat berbagai cara untuk memperoleh kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran, diantaranya adalah:
1.      Pengambilan keputusan berdasarkan perasaan. Merasa, merupakan sesuatu cara menarik kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
2.      Instuisi. Merupakan kegiatan berfikir yang tidak analistis, tidak berdasarkan pada pola pikir tertentu.
3.      Wahyu. Merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada utusanNya.

A.    Mitos, Penalaran dan Berbagai Cara Memperoleh Pengetahuan.
Cerita – cerita mitos disebut legenda. Mitos dapat diterima orang pada saat itu karena keterbatasan pengindraan dan penalaran serta hasrat ingin tahu yang perlu dipenuhi sehubung dengan kemajuan zaman, lahirlah ilmu pengetahuan dan metode pemecahan masalah yang selanjutnya dikenal dengan metode ilmiah (Scientific method).
Mitos ini timbul disebabkan karena keterbatasan alat indra manusia, seperti :
1.      Alat pengelihatan. Banyak benda yang bergeak begitu cepat sehingga tak tampak oleh benda.
2.   Alat pendengaran. Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 perdetik.
3.  Alat pencium dan pengecap. Bau dan rasa tidak dapat enda yang dapat di cecap maupun yang diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa yaiyu manis, masam, asin, pahit.
4.  Alat peraba. Alat peraba pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat. Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :
  1. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan keterbatasan pengindraan baik langsung maupun dengan alat. 
  2. Keterbatasan penalaran mausia pada masa itu. 
  3. Hasrat ingin tahunya terpenuhi. Menurut Auguste Comte (1798-1857 M), dalam sejaahnya perkembangan jiwa manusia baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung 3 tahap, yaitu :
1.      Tahap teologi atau fiktif
2.      Tahap filsafat atau metafisik
3.      Tahap positif atau ilmiah real.

Puncak pemikiran mitos adalah zaman balilonia, yaitu kira – kira 700-600 SM. Orang Babilonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruang setengah bola dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan lagit dan bintang sebagai atapnya. Namun yang menabjubkan mereka sudah mengenal bidang ekleptika sebagai bidang edar matahari dan menetapkan hitungan satu tahun, yaitu satu kali matahari beredar ketempat semula, yait 362,25 hari, pengetahuan perbintangan pada zaman itu memang berkembang dan muncul pengetahuan tentang rasi-rasi kelompok binatang, yaitu rasi Scorpio, Virgo, Piesces, Leo dan sebagainya. Rasi bintang yang kita kenal pada saat ini berasal dai zaman balilonia ini. Pengetahuan dan ajaran balilonia tersebut setengahnya metoakan dugaan, imajinasi, kepercayaan, atau mitos. Pengetahuan semacam ini disebut Pseudo Science (sains palsu) artinya mirip sains, tapi bukan sains sebenarnya. Sains palsu juga terkadang masih terdapat pada pola pikir orang Yunani kuno (700-600 SM. MISALNYA Theles (624-548 SM).
Seorang filosof, astronom, ahli matematika dan ahli tehknik berpendapat bahwa binatang – binatang mengeluarkan sinar sendiri, sedangkan bulan hanya memantulkan sinar dari matahari. Dia juga berpendapat bahwa bumi merupakan suatu iring datar yang terapung di atas air. Dia yang pertama kali mempertanyakan asal-usul semua benda yang ada di alam semesta ini.
Thales berpendapat bahwa keanekaragaman benda di alam ini merupakan gejala alam saja, sedangkan bahan dasarnya amat sederhana, yaitu air. Bahan dasar itu melalui melalui proses membentuk keanekaragaman benda, jadi tidak terbentuk begitu saja. Pendapat ini merupakan pendapat yang sungguh besar dalam alam pikiran manusia pada zaman itu, benda yang benda yang berkeanekaragaman itu. Karena sebelumnya masih banyak orang berpendapat bahwa benda yang beranekaragam itu diciptakan oleh dewa-dewa seperti apa adanya itu. Thales berpendapat semua kehidupan itu berasal dari air.
Kemudian, berdasarkan kemampua berfikir manusia yang semakin maju dan perlengkapan pengamatan semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai legenda makin ditinggalkan orang dan cenderung menggunakan akal sehat dan rasio.
Berikut ini tokoh – tokoh Yunani lain yang telah memberikan sumbangan perubahan berfikir pada saat itu.
1.      Anaximander, seorang pemikir kontemporer pada masa Thales. Ia berpendapat bahwa langit yang kita lihat sebenarnya hanya setengah. Langit dan segala isinya itu beredar mengelilingi bumi, dan pendapat itu dapat bertahan sampai abad pertengahan. Ia juga yang mengajarkan membuat jam matahari, yaitu tongkat yang tegak lurus di permukaan bumi, bayangan tongkat yang terbentuk oleh sinar matahari dijadikan petunjuk waktu.
2.      Aristoteles (384-322 SM) seorang filosof dan ahliilmu ilmiah, perangkum ajaran ahli-ahli lain, orang pertama yang berusaha megklasifikasikan hewan berdasarkan anatomi dan pembedahan langsung.
3.      Ptolomius (127-252 SM) ahli astronomi Mesir-Yunani, penyusun sistem tatasurya Geosentris yang bertahan sampai abad pertengahan.
4.      Arkhimades (287-212 SM) seorang ahli matematika dan ahli astronomi penemu hukum hidrostatis dalam makanika.
5.      Aaximenes (560-520 SM) seorang yang berpendapat bahwa unsur-unsur dasar pembentukan semua benda itu ada.

3. Penalaran
A. logika berfikir manusia
            Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan dan merupakan rahasia kekuasaanNya. Manusia selalu dihadapkan untuk memilih baik dan buruk. Dalam melakukan pemilihan ini, manusia berpaling dengan pengetahuan. Binatnag juga mempunyai pengetahuan, namun terbatas untuk survival. Manusia mengembangkan pengetahuan untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya.
            Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena 2 hal :
1.      Punya bahasa yang digunakan untuk mengkomunkasaikan informasi dan pilihan – pilihan yang melatarbelakangi informasi tersebut.
2.      Kemampuan berfikir manusia menurut suatu alur kerangka pikir tertentu, atau penalaran. Instink binatang lebih peka dari manusia, namun binatang tidak bisa bernalar.
B.     Hakikat penalaran
Penalaran merupakan suatu kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
C.     Ciri-ciri penalaran
1.      Adanya suatu pola berfikir yang secara luas dapat disebut logika.yang merupakan suatu proses berfikir logis.
2.  Sifat analitik dari proses berfikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berfikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan instuinsi merupakan cara berfikir secara analitik.
Penalaran ilmiah sendiri dibagi 2 yaitu :
1.      Deduktif yang berujung pada rasionalisme.
2.      Induktif yang berujung pada empirisme.

      Kesimpulan
1.  Mitologi mungkin akan terus eksis  di dalam peradaban ini ketika manusia belum menemukan suatu jawaban atas sebuah materi. Metologi bisa tertanam ke dalam kepribadian yang paling prinsip sekalipun. Friksi antara mitologi dan logika akan muncul ketika telah tuntasnya logika suatu misteri, namun pola fikir masih berdiri pada alas paradigma mitologi.
Pemahaman kita menjadi lebih lengkap mengenai saling keterkaitan atara ide-ide itu. Mitos menggunakan imajinasi untuk mengungkap keyakinan. Sastra memakai gelora jiwa untuk mengungkap keindahan. Mitos ini timbul disebabkan antara lain keterbatasan alat indra manusia seperti :
a.       Alat pengelihatan
b.      Alat pendengaran
c.       Alat pencium
d.      Alat peraba
2.    Cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran, diantaranya adalah : pengambilan keputusan berdasarkan perasaan, instuisi, wahyu,dll.
3. Dalam sejarah perkembangan jiwa manusia baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam 3 tahap :
a.       Tahap teologi (fiktif)
b.      Tahap positif (ilmiah real)
c.       Tahap filsafat (metafisik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar