Oleh:
Muhammad Shidiq Nurcahyo
- Rasa Ingin Tahu Manusia
Manusia mempunyai rasa ingin tahu terhadapa rahasia alam, mencoba menjawab dengan menggunakan pengamatan dan pengalaman, tetapi sering mencoba menjawab dengan memuaskan. Pada masa kuno untuk memuaskan mereka menjawab sendiri. Misalnya, kenapa ada pelangi, dan mereka membuat jawaban, pelangi adalah seendang bidadari atau kenapa gungung meletus, jawabannya yang berkuasa marah. Dari hal ini timbulnya pengetahuan tentang bidadari dan sesuatu yang berkuasa. Pengetahuan baru itu muncul dari kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos. Cerita-cerita mitos disebut Legenda. Mitos dapat diterima karena keterbatasan penginderaan, penalaran, dan hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi. sehubungan dengan kemajuan zaman, maka
lahirlah ilmu pengetahuan
dan metode ilmiah.Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yati kira-kira 700-600 SM. Orang Babilonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah bola dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit dan bintang-bintang sebagai atapnya. Namun yang menakjubkan mereka telah mengenal bidang ekleptika sebagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar ketempat semula, yaitu 365,25 hari. Pengetahuan dan ajaran tentang orang Babilonia setengahnya merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos pengetahuan semacam ini disebut Pseudo science (sains palsu)
Tokoh-tokoh Yunani dan lainnya yang memberikan sumbangan perubahan pemikiran pada waktu itu adalah :
- Anaximander, langit yang kita lihat adalah setengah saja, langit dan isinya beredar mengelilingi bumi ia juga mengajarkan membuat jam dengan tongkat.
- Anaximenes, (560-520) mengatakan unsur-unsur pembentukan semua benda adalah air, seperti pendapat Thales. Air merupakan salah satu bentuk benda bila merenggang menjadi api dan bila memadat menjadi tanah.
- Herakleitos, (560-470) pengkoreksi pendapat Anaximenes, justru apilah yang menyebabkan transmutasi, tanpa ada api benda-benda akan seperti apa adanya.
- Pythagoras (500 SM) mengatakan unsur semua benda adalah empat : yaitu tanah, api, udara dan air. Ia juga mengungkapkan dalil Pythagoras C2 = A2 + B2, sehubungan dengan alam semesta ia mengatakan bahwa bumi adalah bulat dan seolah-olah benda lain mengitari bumi termasuk matahari.
- Demokritos (460-370) bila benda dibagi terus, maka pada suatu saat akan sampai pada bagian terkecil yang disebut Atomos atau atom, istilah atom tetap dipakai sampai saat ini namun ada perubahan konsep.
- Empedokles (480-430 SM) menyempurnakan pendapat Pythagoras, ia memperkenalkan tentang tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan data tolak-menolak. Kedua tenaga ini dapat mempersatukan atau memisahkan unsur-unsur.
- Plato (427-345) yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan orang sebelumnya, ia mengatakan bahwa keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya hanya suatu duplikat saja dari semua yang kekal dan immatrial. Seperti serangga yang beranekaragam itu merupakan duplikat yang tidak sempurna, yang benar adalah idea serangga.
- Aristoteles merupakan ahli pikir, ia membuat intisari dari ajaran orang sebelumnya ia membuang ajaran yang tidak masuk akal dan memasukkan pendapatnya sendiri. Ia mengajarkan unsur dasar alam yang disebut Hule. Zat ini tergantung kondisi sehingga dapat berwujud tanah, air, udara atau api. Terjadi transmutasi disebabkan oleh kondisi, dingin, lembah, panas dan kering. Dalam kondisi lembab hule akan berwujud sebagai api, sedang dalam kondisi kering ia berwujud tanah. Ia juga mengajarkan bahwa tidak ada ruang yang hampa, jika ruang itu tidak terisi suatu benda maka ruang itu diisi oleh ether. Aristoteles juga mengajarkan tentang klasifikasi hewan yang ada dimuka bumi ini.
- Ptolomeus (127-151) SM, mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya (geosentris), berbentuk bulat diam seimbang tanpa tiang penyangga.
- Avicenna (ibn-Shina abad 11), merupakan ahli dibidang kedokteran, selain itu ahli lain dari dunia Islam yaitu Al-Biruni seorang ahli ilmu pengetahuan asli dan komtemporer. Pada abab 9-11 ilmu pengetahuan dan filasafat Yunani banyak yang diterjemahkan dan dikembangkan dalam bahasa Arab. Kebudayaan Arab berkembang menjadi kebudayaan Internasional.
Periode filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah
peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia
dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola
pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena
alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam
biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika
filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai
aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas. Perubahan
pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana
karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan
dieksploitasi.
Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi
fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek
penelitian dan pengkajian. Dari proses ini kemudian ilmu berkembang dari rahim
filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu,
periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru
umat manusia.Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat,
karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau
pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat,
karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.
Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani.
Prothagoras menyatakan bahwa manusia adalah
ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates (469-399 SM)
dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai
nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Hasil pemikiran
Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato
mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi
pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama
adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide, sehingga adanya dualisme manusia
yaitu dunia fisik dan dan dunia ide.Satu wilayah dari manusia adalah dunia indera,
yang mengenai kita hanya dapat mempunyai pengetahuan yang tepat dan tidak tepat
atau tidak sempurna dengan menggunakan lima indera. Dunia indera akan selalu
berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang diserap indera. Wilayah yang lain
adalah “dunia ide” yang mengenainya kita mempunyai ilmu pengetahuan yang
bersifat abadi dan kekal.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang
ada itu adalah manusia-manusia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam
kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada
perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang
masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni
aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut
Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi
matematis, dan metafisis.Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan
membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap
unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi
matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan
mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis.Teori Aristoteles
yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk.
Keduanya ini merupakan prinsip--prinsip metafisis, Materi adalah prinsip
yaug tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori
ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme.Hippocrates (460-370 SM) adalah Bapak
Ilmu Kedokteran, karena itu tidak mengherankan kalau dia membahas manusia dari
titik tolak konstitusional. Terpengaruh oleh kosmologi Empedokles, yang
menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun dari empat unsur
dasar yaitu: tanah, air, udara, dan api. Dengan sifat-sifat yang didukungnya
yaitu: kering, basah, dingin, dan panas, maka Hippocrates berpendapat bahwa
dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan
konstitusional yang berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang itu, yaitu
sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning), sifat basah terdapat dalam
melanchole (empedu hitam), sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir), sifat
panas terdapat dalam sanguis (darah).Keempat cairan tersebut ada dalam tubuh
dalam proporsi tertentu. Apabila cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh
dalam proporsi selaras (normal) orangnya normal (sehat), apabila keselarasan
proporsi tersebut terganggu maka orangnya menyimpang dari keadaan normal
(sakit).Galenus menyempurnakan ajaran Hipocrates tersebut, dan membeda-bedakan
kepribadian manusia atas dasar keadaan proporsi campuran cairan-cairan
tersebut.
Galenus sependapat dengan Hipocrates, bahwa di dalam tubuh manusia
terdapat empat macam cairan yaitu : (1) chole; (2) melanchole, (3) plegma, (4)
sanguis, dan bahwa cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh manusia secara
teori dalam proporsi tertentu. Kalau suatu cairan adanya dalam tubuh itu
melebihi proporsi yang seharusnya (jadi dominant) maka akan mengakibatkan
adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada
seseorang sebagai akibat dari dominant-nya salah satu cairan badaniah itu oleh
Gelenus disebutnya temperament. Jadi, dengan dasar fikiran yang telah
dikemukakan itu sampailah Galenus kepada penggolongan manusia menjadi empat
tipe temperament, beralas pada dominasi salah satu cairan badaniahnya.Pengaruh
ajaran Hipocrates yang kemudian di sempurnakan oleh Galenus, itu tahan uji sampai
berapa abad, pendapatnya lama sekali diikuti oleh para ahli, hanya dengan
variasi yang berbeda-beda. Bahkan sampai dewasa ini pun pengaruh itu masih
sangat terasa. Lama-kelamaan latar belakang kefilsafatannya, yaitu adanya
kesatuan dalam seluruh kosmos, ditinggalkan, dan sebagai akibatnya terdapat
adanya dua garis perkembangan, yaitu: (a) yang menekankan pentingnya
kejasmanian, yaitu teori-teori konstitusional, dan (b) yang menekankan
pentingnya segi kejiwaan, yaitu teori-teori temperament.Pada zaman Alexander
Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari Macedonia bidang filsafat tetap
berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh besar
kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran:Sinisme, Menurut paham
ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu,
segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari.
Aliran Sinisme merupakan pengembangan dari aliran Stoik. Stoik menyatakan
penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi” aliran ini disebut juga dengan
Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles dengan Dualismenya. Epikurime,
segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan
bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa.
Setiap tindakan harus dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini merupakan
pengembangan dari teori atom Democritus sebagai obat mujarab untuk
menghilangkan rasa takut pada takhayul. Neo Platonisme, paham yang ingin
menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh
filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari
yang satu dan ingin kembali kepadanya.
Tuhan menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis (benda mati)
dan yang lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi
tunduk pada hukum alam (deterministis) dan makhluk hidup tunduk pada hukum
kehidupan (biologis), tetapi yang jelas ciri-ciri kehidupan manusia sebagai
makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan. Dari sekian banyak ciri-ciri manusia sebagai
makhluk hidup, akal budi dan kemauan keras itulah yang merupakan sifat unik
manusia.
Rasa ingin tahu, juga merupakan salah satu ciri khas manusia. Ia
mempunyai kemampuan untuk berpikir sehingga rasa keingintahuannya tidak tetap
sepanjang zaman. Karena apa? Karena manusia akan selalu bertanya apa, bagaimana
dan mengapa begitu. Manusia juga mampu menggunakan pengetahuannya yang
terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru sehingga menjadi
pengetahuan yang lebih baru.
Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni perkembangan alam
pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan alam
pikiran manusia, sejak zaman purba hingga dewasa ini. Sejarah Pengetahuan yang diperoleh Manusia
Manusia selalu merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum terjawab
dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui atau wallahualam
bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut
dari rasa ingin tahu manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau
kebutuhan alam pikirannya, untuk itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya.
A. Comte menyatakan bahwa ada tiga tahap sejarah perkembangan manusia,
yaitu tahap teologi (tahap metafisika), tahap filsafat dan tahap positif (tahap
ilmu). Mitos termasuk tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi ialah
pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita
mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu mitos
sebenarnya, cerita rakyat dan legenda. Mitos timbul akibat keterbatasan
pengetahuan, penalaran dan panca indera manusia serta keingintahuan manusia
yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara.
Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM)
yaitu horoskop (ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari) dan bentuk
alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai
lantainya sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan atap.
Tonggak sejarah pengamatan, pengalaman dan akal sehat manusia ialah
Thales (624-546) seorang astronom, pakar di bidang matematika dan teknik. Ia
berpendapat bahwa bintang mengeluarkan cahaya, bulan hanya memantulkan sinar
matahari, dan lain-lain. Setelah itu muncul tokoh-tokoh perubahan lainnya
seperti Anaximander, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan sebagainya.
2.
PERKEMBANGAN ALAM
PIKIRAN MANUSIA
Manusia memiliki rasa
ingin tahu terhadap rahasia alam dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan
pengalaman, tetapi sering tidak dapat menjawab masalah dan tidak memuaskan.
Pada manusia kuno, untuk memuaskan diri, mereka mencoba untuk membuat jawaban
sendiri. Misalnya, apakah pelangi itu ? mereka tidak menjawabnya. Maka, mereka
mencoba menjawab dengan mengatakan bahwa selendang bidadari. Selanjutnya,
tentang mengapa gunung meletus ? mereka juga menjawab dengan mengatakan sang
kuasa sedang marah. Dari jawaban itu, muncul – muncul pengetahuan yang disebut
Yang Berkuasa. Dengan menngunakan logika, munculah pengetahuan yang berkuasa
kepada lautan, hutann dan seterusnya. Pengetahuan yang merupakan kombinasi
antara pengalaman – pengalaman dan kepercayaan disebut mitos.
Manusia sebagai makhluk
mempunyai ciri-ciri :
1.
Memiliki organ tubuh yang kompleks
dan sangat khusus terutama otaknya.
2.
Mengadakan pertukaran zat, yakni
adanya zat yang masuk dan keluar.
3.
Memberikan tanggapan terhadap
rangsangan dari dalam dan dari luar.
4.
Memiliki potensi berkembang baik.
5.
Berinteraksi dengan lingkungannya.
6.
Meninggal / mati.
Manusia sebagai makhluk berfikir dibekali hasrat
ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi disekitarnya, termasuk juga
rasa ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong
untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar
(makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan
masalah yang dihadapi. Dorongan ini menyebabkan manusia dapat mengumpulkan
berbagai pengetahuan.
Berlangsungnya
perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah dengan adanya kemampuan ini,
maka dapat dilakukan tukar menukar informasi mengenai pengalaman dan
pengetahuan yang mereka miliki masing-masing. Perkembangan pengetahuan pada
manusia juga didukung oleh adanya sifat manusia yang ingin maju. Sifat manusia yang
selalu tidak puas dan sifat yang lebih baik. Mereka selalu berusaha mengerti
atau memperoleh pengetahuan yang lebih banyak, dengan demikian, akumulasi
pengetahuan akan berlangsung lebih cepat.
Berfikir adalah suatu
kegiatan untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Proses berfikir dalam menarik
kesimpulan berupa pengetahuan yang benar disebut penaalaran. Pengetahuan yang
dihasilkan penalaran ini merupakan hasil kegiatan berfikir, bukan hasil
perasaan. Tidak semua kegiatan berfikir merupakan penalaran. Penalaran
merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai ciri-ciri tertentu yakni logis dan
analistis.
Berdasarkan kriteria
ini, maka tidak semua kegiatan berfikir merupakan berfikir logisa dan
analistis. Cara berfikir itu bukan merupakan penalaran. Terdapat berbagai cara
untuk memperoleh kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran, diantaranya
adalah:
1.
Pengambilan keputusan berdasarkan
perasaan. Merasa, merupakan sesuatu cara menarik kesimpulan yang tidak
berdasarkan penalaran.
2.
Instuisi. Merupakan kegiatan berfikir
yang tidak analistis, tidak berdasarkan pada pola pikir tertentu.
3.
Wahyu. Merupakan pengetahuan yang
disampaikan oleh Tuhan kepada utusanNya.
A.
Mitos, Penalaran dan Berbagai Cara
Memperoleh Pengetahuan.
Cerita – cerita mitos
disebut legenda. Mitos dapat diterima orang pada saat itu karena keterbatasan
pengindraan dan penalaran serta hasrat ingin tahu yang perlu dipenuhi sehubung
dengan kemajuan zaman, lahirlah ilmu pengetahuan dan metode pemecahan masalah
yang selanjutnya dikenal dengan metode ilmiah (Scientific method).
Mitos ini timbul
disebabkan karena keterbatasan alat indra manusia, seperti :
1.
Alat pengelihatan. Banyak benda yang
bergeak begitu cepat sehingga tak tampak oleh benda.
2. Alat pendengaran. Pendengaran
manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000
perdetik.
3. Alat pencium dan pengecap. Bau dan
rasa tidak dapat enda yang dapat di cecap maupun yang diciumnya. Manusia hanya
bisa membedakan empat jenis rasa yaiyu manis, masam, asin, pahit.
4. Alat peraba. Alat peraba pada kulit
manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat relatif sehingga tidak
bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat. Pengulangan pengamatan dengan
berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu
diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :
- Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan keterbatasan pengindraan baik langsung maupun dengan alat.
- Keterbatasan penalaran mausia pada masa itu.
- Hasrat ingin tahunya terpenuhi. Menurut Auguste Comte (1798-1857 M), dalam sejaahnya perkembangan jiwa manusia baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung 3 tahap, yaitu :
1.
Tahap teologi atau fiktif
2.
Tahap filsafat atau metafisik
3.
Tahap positif atau ilmiah real.
Puncak pemikiran mitos
adalah zaman balilonia, yaitu kira – kira 700-600 SM. Orang Babilonia
berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruang setengah bola dengan bumi yang
datar sebagai lantainya dan lagit dan bintang sebagai atapnya. Namun yang
menabjubkan mereka sudah mengenal bidang ekleptika sebagai bidang edar matahari
dan menetapkan hitungan satu tahun, yaitu satu kali matahari beredar ketempat
semula, yait 362,25 hari, pengetahuan perbintangan pada zaman itu memang
berkembang dan muncul pengetahuan tentang rasi-rasi kelompok binatang, yaitu rasi Scorpio, Virgo, Piesces, Leo dan
sebagainya. Rasi bintang yang kita kenal pada saat ini berasal dai zaman
balilonia ini. Pengetahuan dan ajaran balilonia tersebut setengahnya metoakan
dugaan, imajinasi, kepercayaan, atau mitos. Pengetahuan semacam ini disebut
Pseudo Science (sains palsu) artinya mirip sains, tapi bukan sains sebenarnya.
Sains palsu juga terkadang masih terdapat pada pola pikir orang Yunani kuno
(700-600 SM. MISALNYA Theles (624-548 SM).
Seorang filosof, astronom, ahli matematika dan ahli tehknik
berpendapat bahwa binatang – binatang mengeluarkan sinar sendiri, sedangkan
bulan hanya memantulkan sinar dari matahari. Dia juga berpendapat bahwa bumi
merupakan suatu iring datar yang terapung di atas air. Dia yang pertama kali
mempertanyakan asal-usul semua benda yang ada di alam semesta ini.
Thales berpendapat bahwa keanekaragaman benda di alam ini
merupakan gejala alam saja, sedangkan bahan dasarnya amat sederhana, yaitu air.
Bahan dasar itu melalui melalui proses membentuk keanekaragaman benda, jadi
tidak terbentuk begitu saja. Pendapat ini merupakan pendapat yang sungguh besar
dalam alam pikiran manusia pada zaman itu, benda yang benda yang
berkeanekaragaman itu. Karena sebelumnya masih banyak orang berpendapat bahwa
benda yang beranekaragam itu diciptakan oleh dewa-dewa seperti apa adanya itu.
Thales berpendapat semua kehidupan itu berasal dari air.
Kemudian, berdasarkan kemampua berfikir manusia yang
semakin maju dan perlengkapan pengamatan semakin sempurna, maka mitos dengan
berbagai legenda makin ditinggalkan orang dan cenderung menggunakan akal sehat
dan rasio.
Berikut ini tokoh – tokoh Yunani lain yang telah
memberikan sumbangan perubahan berfikir pada saat itu.
1.
Anaximander, seorang pemikir kontemporer pada masa Thales. Ia berpendapat
bahwa langit yang kita lihat sebenarnya hanya setengah. Langit dan segala
isinya itu beredar mengelilingi bumi, dan pendapat itu dapat bertahan sampai
abad pertengahan. Ia juga yang mengajarkan membuat jam matahari, yaitu tongkat
yang tegak lurus di permukaan bumi, bayangan tongkat yang terbentuk oleh sinar
matahari dijadikan petunjuk waktu.
2.
Aristoteles (384-322 SM) seorang filosof dan ahliilmu ilmiah, perangkum
ajaran ahli-ahli lain, orang pertama yang berusaha megklasifikasikan hewan
berdasarkan anatomi dan pembedahan langsung.
3.
Ptolomius (127-252 SM) ahli astronomi Mesir-Yunani, penyusun sistem
tatasurya Geosentris yang bertahan sampai abad pertengahan.
4.
Arkhimades (287-212 SM) seorang ahli matematika dan ahli astronomi penemu
hukum hidrostatis dalam makanika.
5.
Aaximenes (560-520 SM) seorang yang berpendapat bahwa unsur-unsur dasar
pembentukan semua benda itu ada.
3. Penalaran
A. logika berfikir manusia
Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan
pengetahuan dan merupakan rahasia kekuasaanNya. Manusia selalu dihadapkan untuk
memilih baik dan buruk. Dalam melakukan pemilihan ini, manusia berpaling dengan
pengetahuan. Binatnag juga mempunyai pengetahuan, namun terbatas untuk
survival. Manusia mengembangkan pengetahuan untuk mengatasi kebutuhan
kelangsungan hidupnya.
Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena 2 hal :
1.
Punya bahasa yang digunakan untuk mengkomunkasaikan informasi dan pilihan –
pilihan yang melatarbelakangi informasi tersebut.
2.
Kemampuan berfikir manusia menurut suatu alur kerangka pikir tertentu, atau
penalaran. Instink binatang lebih peka dari manusia, namun binatang tidak bisa
bernalar.
B.
Hakikat penalaran
Penalaran merupakan suatu kegiatan berfikir yang
mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran merupakan
suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
C.
Ciri-ciri penalaran
1.
Adanya suatu pola berfikir yang secara luas dapat disebut logika.yang
merupakan suatu proses berfikir logis.
2. Sifat analitik dari proses berfikir. Analisis pada hakikatnya merupakan
suatu kegiatan berfikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan
instuinsi merupakan cara berfikir secara analitik.
Penalaran ilmiah sendiri dibagi 2 yaitu :
1.
Deduktif yang berujung pada rasionalisme.
2.
Induktif yang berujung pada empirisme.
Kesimpulan
1. Mitologi mungkin akan terus eksis di
dalam peradaban ini ketika manusia belum menemukan suatu jawaban atas sebuah
materi. Metologi bisa tertanam ke dalam kepribadian yang paling prinsip
sekalipun. Friksi antara mitologi dan logika akan muncul ketika telah tuntasnya
logika suatu misteri, namun pola fikir masih berdiri pada alas paradigma
mitologi.
Pemahaman kita menjadi
lebih lengkap mengenai saling keterkaitan atara ide-ide itu. Mitos menggunakan
imajinasi untuk mengungkap keyakinan. Sastra memakai gelora jiwa untuk
mengungkap keindahan. Mitos ini timbul disebabkan antara lain keterbatasan alat
indra manusia seperti :
a.
Alat pengelihatan
b.
Alat pendengaran
c.
Alat pencium
d.
Alat peraba
2. Cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan
penalaran, diantaranya adalah : pengambilan keputusan berdasarkan perasaan,
instuisi, wahyu,dll.
3. Dalam sejarah perkembangan jiwa manusia baik sebagai individu maupun
sebagai keseluruhan, berlangsung dalam 3 tahap :
a.
Tahap teologi (fiktif)
b.
Tahap positif (ilmiah real)
c.
Tahap filsafat (metafisik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar