KONSEP
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Disusun Oleh :
Muhammad Shidiq Nurcahyo
Pendidikan adalah lembaga dan usaha
pembangunan bangsa dan watak bangsa. Pendidikan yang demikian mencakup ruang
lingkup yang amat kompherensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir
(rasio, intelek) kepribadian manusia seutuhnya. Untuk membina kepribadian demikian jelas memerlukan
rentangan waktu yang relatif panjang; bahkan berlangsung seumur hidup.
Konsepsi pendidikan seumur hidup (life
long education) mulai dimasyarakatkan melalui kebijaksanaan negara (ketetapan
MPR No.IV/MPR/1973 jo) ketetapan MPR No.IV/MPR/1978, tentang GBHN). Yang
menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional (pembangunan bangsa dan watak
bangsa) antara lain :
1. Arah pembangunan jangka
panjang.
a. Pembangunan nasional
dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam bab IV bagian pendidikan GBHN menetapkan :
“d. Pendidikan berlangsung seumur
hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah
tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”.
Berdsarkan ketentuan mendasar ini,
maka kebijaksanaan negara menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional
sebagai berikut :
1. Pembangunan Bangsa dan watak
Bangsa dimulai dengan membangun subyek manusia indonesia seutuhnya, sebagai
perwujudan manusia pancasila.
2. Pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya secara khusus merupakan tanggung jawab lembaga dan usaha pendidikan
nasional untuk mewujudkan melalui lembaga-lembaga pendidikan.
Asas pendidikan seumur hidup bertitik
tolak atas keyakinan, bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia
hidup baik di dalam maupun diluar sekolah.
Prinsip-prinsip
dasar yang terkandung dalam diktum ini cukup mendasar dan luas, yakni meliputi
asas-asas :
1. Asas pendidikan seumur hidup
; berlangsung seumur hidup, sehingga peranan subjek manusia untuk mendidik dan
mengembangkan diri sendiri secara wajar, merupakan kewajiban kodrati manusia.
2. Lembaga pelaksana dan wahana
pendidikan meliputi :
a. Dalam lingkungan rumah tangga
(keluarga), sebagai unit masyarakat pertama dan utama.
b. Dalam lingkungan sekolah,
sebagai lembaga pendidikan formal.
c. Dalam lingkungan masyarakat
sebagai lembaga dan lingkungan pendidikan non formal, sebagai wujud kehidupan
yang wajar.
3. Lembaga penanggung jawab
pendidikan mencakup kewajiban dan kerjasama ketiga lembaga yang wajar dalam
kehidupan, yaitu :
a. Lembaga keluarga (orang tua)
b. Lembaga sekolah (lembaga
pendidikan formal)
c. Lembaga masyarakat sebagai
keseluruhan tata kehidupan dalam negara baik perseorangan maupun kolektif.
Ketiga lembaga atau komponen
penanggung jawab pendidikan ini disebut oleh Dr.Ki Hajar Dewantara sebagai tri
pusat pendidikan. Konsepsi pendidikan manusia indonesia seutuhnya dan seumur
hidup ini merupakan orientasi baru yang mendasar. Ini berarti kebijaksanaan
pendidikan nasional kita telah tidak berorientasi kepada sistem dan teori
pendidikan Eropa kontinental yang diajarkan oleh Prof.Dr.M.D.Langevell yang
mengajarkan adanya batas umur dan batas waktu pendidikan.
Adapun tujuan untuk pendidikan manusia
seutuhnya dan seumur hidup ialah sebagai berikut :
1. Mengembangkan potensi
kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek
dan pembawaannya seoptimal mungkin.
2. Dengan mengingat proses
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis,
maka wajar berlangsung selama manusia hidup.1
Kepribadian manusia ialah suatu
perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik, lahir batin dan dalam antar
hubungannnya dengan kehidupan sosial dan individu nya, dengan kata lain,
istilah kepribadian dapat mengandung makna (diberi predikat) baik, ideal,
ataupun buruk, jahat, dan sebagainya.
Membahas pendidikan manusia seutuhnya,
sebenarnya adalah menganalisa secara konsepsional (teoritis dan praktis) apa
dan bagaimana perwujudan manusia seutuhnya itu. Konsepsi tradisional, seutuhnya
(kebulatan) dimaksud ialah kebulatan atau integritas antara aspek jasmaniah
dengan rohaniah, antara akal dengan keterampilan.
Manusia seutuhnya sebagai satu
konsepsi modern, perlu kita analisa menurut pandangan (berdasarkan sistem nilai
dan psikologi) sosio budaya Indonesia. Berdasarkan pikiran demikian dapat
diuraikan konsepsi manusia seutuhnya secara mendasar, yakni mencakup pengertian
:
1. Konsepsi keutuhan potensi
subjek manusia sebagai subyek yang berkembang.
Kepribadian manusia lahir batin ialah
satu kebulatan yang utuh antara potensi-potensi hereditas (bawaan) dengan
faktor-faktor lingkungan (pendidikan, tata nilai dan antar hubungan). Potensi
potensi subyek manusia antara universal mencakup tujuh potensi :
a. Potensi jasmaniah : fisik,
badan dan pancaindera yang sehat (normal);
b. Potensi pikir (akal, rasio,
inteligensi, intelek).
c. Potensi rasa (perasaan dan
emosi) baik perasaan etis moral maupun perasaan estesis.
d. Potensi karsa (kehendak,
kemauan, keinginan, hasrat atau kecenderungan-kecenderungan, nafsu termasuk
prakarsa)
e. Potensi cipta (daya cipta,
kreatifitas, fantasi, khayal dan imajinasi)
f. Potensi karya (kemampuan
menghasilkan, kerja, amal, sebagai tindak lanjut dari a – e atau tindakan dan
lakon manusia).
g. Potensi budi nurani
(kesadaran budi, hati nurani, kata hati, consciencia, gewetan atau gewessen,
yang bersifat super rasional)
2. Konsepsi keutuhan wawancara
(orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai.
Manusia
sebagai subyek nilai ialah pribadi yang menjunjung nilai, artinya menghayati,
meyakini dan mengamalkan sistem nilai tertentu, baik secara sosial
(kemasyarakatan dan kenegaraan) maupun secara pribadi (individual).
Manusia bersikap, berpikir, bertindak
dan bertingkah laku dipengaruhi oleh wawasan atau orientasinya terhadap
kehidupan dan nilai-nilai yang ada di dalamnya. Wasan mencakup :
a. Wawasan dunia dan akhirat,
yaitu manusia yakin bahwakehidupan dunia akan berakhir dengan kematian dan
pasti manusia mengalami kehidupan di akhirat.
b. Wawasan individualitas dan
sosial, secara berkeseimbangan. Kecenderungan ego yang berhadapan dengan
realitas sosial mendorong manusia untuk dapat hidup harmonis.
c. Wawasan jamaniah dan
rohaniah, yaitu kesadaran bahwa pribadi kita mempunyai kebutuhan jasmaniah
seperti kesehatan, makanan yang bergizi, olahraga, rekreasi, istirahat, pakaian
dan sebagainya, juga kesadaran adanya kebutuhan rohaniah seperti menghayati
nilai-nilai budaya, ilmu pengetahuan, kesenian, sastra, filsafat dan nilai keagamaan.
d. Wawasan masa lampau dan masa
depan, yaitu : kesadaran dimensi kesejahteraan, masa lampau bangsa yang jaya
dan penjajahan yang menimbulkan penderitaan, kebodohan dan kemiskinan, semua
keadaan ini memberikan kesadaran cinta bangsa dan kemerdekaan, motivasi
berjuang demi cita-cita nasional, kesetiaan kepada bangsa dan sebagainya.
A. DASAR PEMIKIRAN.
Cukup banyak
dasar-dasar pemikiran yang menyatakan bahwa long left education sangat penting.
Dasar-dasar pemikiran tersebut ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Tinjauan Ideologis.
Pendidikan
seumur hidup atau long left education akan memungkinkan seseorang mengembangkan
potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya semua manusia
dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khusunya hak untuk mendapatkan hak
pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya (skill).
2. Tinjauan Ekonomis
Pendidikan
merupakan cara paling efektif untuk keluar dari suatu lingkaran yang menyeret
kepada kebodohan dan kemelaratan. Pendidikan seumur hidup dalam konteks ini
memungkinkan seseorang untuk :
a. Meningkatkan
produktivitasnya.
b. Memelihara dan mengembangkan
sumber-sumber yang dimilikinya.
c. Memungkinkan hidup dalam
lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan.
d. Memiliki motivasi dan mengasuh
dan mendidika anak-anaknya secara tepat sehingga peranan pendidikan skeluarga
menjadi sangat penting dan besar
artinya.
3. Tinjauan sosiologis.
Pada
umumnya di negara-negara sedang berkembang ditemukan masih banyak orang tua
yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya. Oleh
karena itu, anak-anak mereka yang kurang mendapatkan pendidikan formal, putus
sekolah, dan atau tidak bersekolah sama sekali. Dengan demikian, pendidikan
seumur hidup kepada orang tua akan merupakan solusi dari masalah tersebut.
Segi-segi sosio-budaya bangsa mencakup :
1) Tata-nilai warisan budaya
bangsa yang menjadi filsafat hidup rakyatnya seperti nilai ketuhanan,
kekeluargaan, musyawarah, mufakat, gotong royong dan tenggang rasa (tepaselira).
2) Nilai-nilai filsafat
negarany, yakni pancasila.
3) Nilai-nilai budaya dan
tradisi bangsanya seperti bahasa nasional,adat istiadat.
4. Tinjauan filosofis.
Bahwa
sesungguhnya secara filosofis (filsafat manusia) hakikat kodrat martabat
manusia merupakan kesatuan integral segi-segi/potensi-potensi (essensia), yaitu:
1) Manusia sebagai makhluk
pribadi (individual being).
2) Manusia sebagai makhluk
sosial (social being).
3) Manusia sebagai makhluk
susila (moral being).
Ketiga essensia ini merupakan
potensi-potensi dan kesadaran yang integral (bulat dan utuh). Artinya bagaimana
individu itu merealisasikan potensi-potensi tersebut secara optimal dan
berkeseimbangan, itulah wujud kepribadianya.
Negara-negara
demokrasi menginginkan seluruh rakyatnya menyadari pentingnya hak memilih dan
memahami fungsi pemerintah, DPR, DPD, dan sebagainya. Oleh karena itu,
pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada setiap orang. Hal ini menjadi
tugas pendidikan seumur hidup.
5. Tinjauan Teknologis
Di
era globalisasi seperti sekarang ini, tampaknya dunia dilanda ekplosi ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Semua
orang, tidak terkecuali para pendidik, sarjana, pemimpin, dan sebagainya
dituntut selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya, seperti apa yang
terjadi di Negara-negara maju. Bila hal ini tidak dilakukan, maka kita akan
senantiasa tertinggal sebab bagaimanapun orang tidak bisa menutp diri terhadap
segala kemajuan yang melandanya.
6. Tinjauan Psikologis dan
Paedagogis
Bagaimanapun
diakui bahwa perkembangan iptek yang sangat pesat punya dampak dan pengaruh
yang sangat besar terhadap berbagai konsep, teknik, metode pendidikan.
Disamping itu perkembangan tersebut juga semakin luas, dalam, dan kompleks,
yang menyebabkan ilmu pengetahuan tidak mungkin lagi di ajarkan seluruhnya
kepada anak didik di sekolah. Oleh sebab itu, tugas pendidikan jalur sekolah
yang utama sekarang ialah mengajarkan bagaimana cara belajar menanamkan cara
motivasi yang kuatdalam diri anak untuk belajar terus sepanjang hidupnya,
memberikan skill kepada anak didiknya secara efektif agar dia mampu beradaptasi
dalam masyarakat yang cenderung berubah secara cepat. Berkenaan dengan itulah,
perlu diciptakan satu kondisi yang merupakan aplikasi asas pendidikan seumur
hidup atau life long education. Dalam kerangka ini, pendidikan pada dasarnya
dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang
hidup, dalam istilah yang lebih luas yaitu development. Koseptualisasi
pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu
yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.
B. IMPLIKASI KONSEP PENDIDIKAN
SEUMUR HIDUP PADA PROGRAM PENDIDIKAN.
Implikasi disini diartikan sebagai
akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Maksudnya adalah sesuatu
yang merupakan tindak lanjut (follow up) suatu kebijakan atau keputusan tentang
pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Penerapan asas pendidikan seumur hidup
pada isi program pendidikan dan sasaran pendidikan di masyarakat mengandung
kemungkinan yang luas dan bervariasi. Implikasi pendidikan seumur hidup pada
program pendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh ananda W.P Guruge dalam
bukunya Toward Better Educational Management, dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kategori berikut.6
1. Pendidikan Baca Tulis
Fungsional.
Program ini tidak
saja penting bagi pendidikan seumur hidup karena relevansinya dengan kondisi yang
ada pada negara-negara berkembang dengan alasan masih banyaknya penduduk yang
buta huruf, melainkan juga sangat penting ditinjau dari implementasinya. Bahkan
di negara yang sudah maju sekalipun di mana radio, film, tv, komputer sampai
internet telah menantang ketergantungan orang akan bahan-bahan bacaan, namun
membaca masih merupakan hal yang paling murah dan praktis untuk mendapatkan dan
menyebarkan pengetahuan.
Meskipun cukup
sulit namun membuktikan peranan melek huruf fungsional terhadap pembangunan
sosial ekonomi masyarakat, namun pengaruh iptek terhadap kehidupan masyarakat
misalnya petani, justru disebabkan oleh pengetahuan-pengetahuan baru dalam diri
mereka. Pengetahuan baru ini dapat melalui bahan bacaan utamanya.
Oleh sebab itu,
realisasi baca tulis fungsional, minimal memuat dua hal yaitu :
a. Memberikan kecakapan membaca,
menulis, menghitung (3 M) yang fungsional bagi anak didik.
b. Menyediakan bahan-bahan bacaan
yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah
dimilikinya tersebut.
2. Pendidikan kejuruan
Dengan majunya
teknologi dan industri maka pendidikan kejuruan itu tidak boleh dipandang
sekali jadi dan selesai. Program pendidikan yang bersifat demikian dan para
lulusan sekolah menjadi tenaga terampil dan produktif harus terus menerus
menyesuaikan kemajuan teknologi mutakhir.
3. Pendidikan ke
arah perubahan dan pembangunan
Dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi pengaruhnya telah menyusul dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Barang-barang elektronik telah menampilkan alat-alat
dapur yang tradisional bagi kalangan ibu rumah tangga. kenyataan ini tentu saja
konsekuensinya menuntut pendidikan yang berlangsung secara kontinue. Hal ini
agar pendidikan seumur hidup merupakan konsekuensi yang penting untuk mengikuti
perubahan sosial dan pembangunan.
4. pendidikan
kewarga negaraan dan kedewasaan politik.
Dalam pemerintahan
dan masyarakat yang demokratis maka kedewasaan warga negara dan para
pemimpinnya dalam kehidupan negara itu sangat penting. Untuk itu pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik merupakan bagian yang sangat penting
dari seumur hidup.
5. pendidikan
profisional.
Sebagai realisasi
pendidkan seumur hidup, dalam tiap-tiap profesi hendaknya telah tercipta built
in mechanism
Kesimpulan
Pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem
konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa - peristiwa
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.
proses pendidikan seumur hidup berlangsung secara kontinue, dan tidak terbatas
oleh waktu seperti pendidikan formal, proses belajar seumur hidup tidak hanya
dilakukan seorang yang terpelajar tetapi semua lapisan masyarakat bisa
melaksanakanya.
Penerapan
cara berfikir menurut azas pendidikan seumur hidup itu akan mengubah pandangan
kita tentang status dan fungsi sekolah, dimana tugas utama pendidikan sekolah
adalah mengajar anak didik bagaimana caranya belajar, peranan guru terutama
adalah sebagai motifator, stimulator dan penunjuk jalan anak didik dalam hal belajar, sekolah adalah pusat kegiatan
belajar masyarakat sekitar. Sehingga dalam rangka pandangan mengenai pandidikan
seumur hidup, maka semua orang secara potensial merupakan anak didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar